GENGSI TIADA HARGANYA
(Kisah Nyata Penulis)
Oleh:
Yusran A. Tomutu
Kisah ini adalah seputar keseharianku di kampus
Universitas Negeri Gorontalo. Menjadi mahasiswa bagiku adalah hal yang sangat
menantang, alasannya adalah selain berjibaku dengan tugas tugas kuliah adapun
tantangan lain yang wajib hukumnya di laksanakan dan tantangan itu adaalah
mempertahankan hidup di kampung orang, entah itu timpat tinggal dan biaya
hidup. Syukur alhamdulilah aku salah seorang mahasiswa yang mendapatkan
kesempatan untuk menerima BIDIKMISI di kampus peradaban (UNG), namun aku tidak
mau bergantung di situ sebab aku berusaha untuk hidup mandiri di kota khususnya
selama masa perkuliahanku. Sejak ayah meninggal aku harus berusaha untuk meraih
cita-cita meski hanya dengan di temani oleh seorang ibu. Suka dukanya ibu terus
memberiku motivasi untuk hidup terutama dalam menggapai mimpi jadi seorang yang
bisa membahagiakan keluarga dan orang di sekitarku. Beberapa tahun silam
sebelum ayahanda bepergian ke rahmatullah beliau sempat menitip pesan padaku
untuk menjaga ibu dan cita citaku harus ku gapai meski badai tantangan terus
menerjang.
Suatu ketika aku
mulai bisa beradaptasi dengan kondisi perkuliahan yang aku jalani saat itu, dengan
berjalannya waktu aku mengalami berbagai pengalaman baru di bangku perkuliahan.
Saat aku mulai tahu bagaimana kondisi-kondisi sulit bagi seorang mahasiswa yang
menuntut ilmu hanya dengan 1 harapan yakni membawa kebanggaan bagi keluarganya
kelak. Di tengah perjalanan aku sudah
mulai merasakan pertarungan dengan berbagai tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabku hingga pada suatu ketika aku berkumpul bersama teman-temanku untuk mengerjakan
tugas-tugas yang semakin hari semakin bertambah. Kami pun dengan baik
mengerjakan semua tugas-tugas itu, singkat cerita saat saat aku dan
teman-temanku berkumpul, dari jauh terlihat seorang anak remaja sebaya denganku
perlahan lahan datang menghampiri dan tanpa ku duga ia adalah teman lamaku
sewaktu di bangku SMA dulu. Akhirnya dia langsung bergabung dengan teman teman
yang lainnya, tiba saat perkumpulan itu akan berakhir ia menyempatkan untuk mengajakku untuk bertemu di suatu tempat.
Dalam pertemuanku dengannya, ia sempat
mengajakku bekerja sama untuk memulai usaha, awalnya aku merasa
malu/gengsi dengan teman teman nantinya. Namun setelah beberapa saat kemudian
aku menerima tawaran itu dan mau memulai usaha dengannya. Alasannya jika usaha
ini akan berhasil maka keberuntungan bagiku untuk merasakan hidup berkecukupan
di kampung orang dengan hasil kerja kerasku sendiri. Sesuai kesepakatan kami
berdua maka usaha yang kami rintis adalah berjualan tissue.
Saat itu hanya dengan modal
keyakinan aku mulai memberanikan diri ini untuk berdagang Tissue. Sebab menjual
tissue no ribet bagiku. selepas kuliah
aku mencoba menjual tisu keliling kampus hingga di tempat tempat kerumuman
banyak orang. aku percaya walaupun keuntungan dari penjualan tidak sebanding
dengan biaya setiap harinya paling tidak cukup untuk makan dan membiayai
kos2tan tempat tinggalku juga bisa membangun motivasi bagiku untuk bagaimana nantinya
mengelola usaha dengan baik. Hari hari
berlalu ada saja kejenuhan yang sering melanda diri dan usahaku sebab aku tidak
punya keahlian dalam berdagang ( jualan tisu), dan sebetulnya aku malu untuk
berdagang, karena aku pikir dengan berdagang aku akan kehilangan masa mudaku.
Hari pertama berdagang memang terasa berat karena aku harus melakukan hal yang
belum pernah kulakukan di tambah dengan cemohan dari mereka yang hanya tahu
meminta kepada orangtuanya dan hingga ada sebuah peristiwa yang tak ku duga,
salah seorang mahasiswa menertawakanku dan berkata “haha.. so jadi bagini ngana, delo ngana pe orang tua tau ngana bagini,
atau memang ngana pe orang tua so tidak urus ngana” (haha.. ternyata kamu jadi kayak gini? Emangnya
orangtuamu tahu kamu jadi seperti ini? Atau memang orangtuamu sudah tak
mengurusmu lagi ya? Parahnya lagi sewaktu aku mau jualan di kantin kampus ada
orang yang tidak aku kenal langsung menghampiriku dan membisikkan sesuatu di
telingaku: ekkhh tidak malu nga ba jual
disini? Kong nga tidak gengsi deng nga pe taman taman yang lain di kalas atau pa
nga pe jurusan? ( ehhkk apakah kamu
tidak malu disini? dan tidak gengsi dengan teman teman yang ada dikelas bahkan
di jurusanmu? dengan sabar aku hanya mengusap dadaku dan hati kecilkupun
berkata: biarlah, selama pekerjaan ini
halal apa salahnya aku lakukan, toh hasilnya aku yang nikmati juga. justru dari
cemohan itu aku percaya bahwa usaha ini suatu saat akan berkembang meski kerap
kali banyak yang memanggilku juragan tissue entah saat di dalam kelas, lagi
makan siang di kantin bahkan pada saat bertemu di jalan, aku tak peduli.
Lambat laun aku pun mulai terbiasa
hingga aku sudah banyak pelanggan dan mulai merekrut teman-teman untuk menjadi
mitra kerjaku, memperluas usaha yang awalnya hanya keliling kampung dan satu
kampus, kini perlahan merambah ke kos-kosan, perumahan, dan kampus kampus yang
ada di kota Gorontalo. Tidak berhenti sampai disitu, akupun membuka usaha lain untuk menutupi waktu
santai, aku berusaha menambah penghasilan dengan cara membuka kios kios kecil
di kos2tan dan menitipkan kerupuk di kios kios warga sekitaran tempat
tinggalku. Alhamdulilah hingga saat ini
usaha itu tetap berjalan meski selalu banyak masalah yang terus menjadi
penghalang dan aku percaya memang Gengsi Tiada Harganya jika kita ingin sukses.
Buktinya, dari hasil keringatku aku bisa kredit sepedamotor sendiri untuk
berjualan dan beraktifitas sehari hari terutama pergi ke kampus, timpat tinggal
di biayai sendiri, dan kebutuhan dapat terpenuhi dengan maksimal, sebab omset
perbulannya mencapai Rp.2.500.000+biaya hidup Bidikmisi perbulanya sekitar
Rp.600.000= Rp.3.100.000/Bulan, hebatkan?. Tapi meski diri ini sibuk untuk
berwira usaha namun kuliahpun tetap berjalan dengan lancar, tidak ada hambatan
baik kehadiran dan juga nilai tetap bertahan di atas 3,00. Ini bukan merupakan
bentuk ria, tapi kemudian jika kita
lapar hanya karna malu, susah hanya karena Gengsi, melarat di kos2tan hanya
karena malas, lantas apa yang akan terjadi, kuliah mogok, diri sendiri merugi
apalagi kekecewaan orangtuamu. Semoga ini menjadi inspirasi untuk kaum muda
khusunya mahasiswa yang Gengsi Gede-Gedean.
Biodata
Nama : Yusran A. Tomutu
NIM : 281415051
Jurusan : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial
No
HP : 082292189383
E-mail : tomutuyusran@gmail.com