Kamis, 26 Januari 2017

Gengsi tiada harganya



GENGSI TIADA HARGANYA
(Kisah Nyata Penulis)
Oleh: Yusran A. Tomutu
Kisah ini adalah seputar keseharianku di kampus Universitas Negeri Gorontalo. Menjadi mahasiswa bagiku adalah hal yang sangat menantang, alasannya adalah selain berjibaku dengan tugas tugas kuliah adapun tantangan lain yang wajib hukumnya di laksanakan dan tantangan itu adaalah mempertahankan hidup di kampung orang, entah itu timpat tinggal dan biaya hidup. Syukur alhamdulilah aku salah seorang mahasiswa yang mendapatkan kesempatan untuk menerima BIDIKMISI di kampus peradaban (UNG), namun aku tidak mau bergantung di situ sebab aku berusaha untuk hidup mandiri di kota khususnya selama masa perkuliahanku. Sejak ayah meninggal aku harus berusaha untuk meraih cita-cita meski hanya dengan di temani oleh seorang ibu. Suka dukanya ibu terus memberiku motivasi untuk hidup terutama dalam menggapai mimpi jadi seorang yang bisa membahagiakan keluarga dan orang di sekitarku. Beberapa tahun silam sebelum ayahanda bepergian ke rahmatullah beliau sempat menitip pesan padaku untuk menjaga ibu dan cita citaku harus ku gapai meski badai tantangan terus menerjang.
Suatu ketika aku mulai bisa beradaptasi dengan kondisi perkuliahan yang aku jalani saat itu, dengan berjalannya waktu aku mengalami berbagai pengalaman baru di bangku perkuliahan. Saat aku mulai tahu bagaimana kondisi-kondisi sulit bagi seorang mahasiswa yang menuntut ilmu hanya dengan 1 harapan yakni membawa kebanggaan bagi keluarganya kelak.  Di tengah perjalanan aku sudah mulai merasakan pertarungan dengan berbagai tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabku hingga pada suatu ketika aku berkumpul bersama teman-temanku untuk mengerjakan tugas-tugas yang semakin hari semakin bertambah. Kami pun dengan baik mengerjakan semua tugas-tugas itu, singkat cerita saat saat aku dan teman-temanku berkumpul, dari jauh terlihat seorang anak remaja sebaya denganku perlahan lahan datang menghampiri dan tanpa ku duga ia adalah teman lamaku sewaktu di bangku SMA dulu. Akhirnya dia langsung bergabung dengan teman teman yang lainnya, tiba saat perkumpulan itu akan berakhir ia menyempatkan untuk  mengajakku untuk bertemu di suatu tempat. Dalam pertemuanku dengannya, ia sempat  mengajakku  bekerja sama  untuk memulai usaha, awalnya aku merasa malu/gengsi dengan teman teman nantinya. Namun setelah beberapa saat kemudian aku menerima tawaran itu dan mau memulai usaha dengannya. Alasannya jika usaha ini akan berhasil maka keberuntungan bagiku untuk merasakan hidup berkecukupan di kampung orang dengan hasil kerja kerasku sendiri. Sesuai kesepakatan kami berdua maka usaha yang kami rintis adalah berjualan tissue.
Saat itu hanya dengan modal keyakinan aku mulai memberanikan diri ini untuk berdagang Tissue. Sebab menjual tissue no ribet bagiku.  selepas kuliah aku mencoba menjual tisu keliling kampus hingga di tempat tempat kerumuman banyak orang. aku percaya walaupun keuntungan dari penjualan tidak sebanding dengan biaya setiap harinya paling tidak cukup untuk makan dan membiayai kos2tan tempat tinggalku juga bisa membangun motivasi bagiku untuk bagaimana nantinya mengelola usaha dengan baik.  Hari hari berlalu ada saja kejenuhan yang sering melanda diri dan usahaku sebab aku tidak punya keahlian dalam berdagang ( jualan tisu), dan sebetulnya aku malu untuk berdagang, karena aku pikir dengan berdagang aku akan kehilangan masa mudaku. Hari pertama berdagang memang terasa berat karena aku harus melakukan hal yang belum pernah kulakukan di tambah dengan cemohan dari mereka yang hanya tahu meminta kepada orangtuanya dan hingga ada sebuah peristiwa yang tak ku duga, salah seorang mahasiswa menertawakanku dan berkata “haha.. so jadi bagini ngana, delo ngana pe orang tua tau ngana bagini, atau memang ngana pe orang tua so tidak urus ngana” (haha.. ternyata kamu jadi kayak gini? Emangnya orangtuamu tahu kamu jadi seperti ini? Atau memang orangtuamu sudah tak mengurusmu lagi ya? Parahnya lagi sewaktu aku mau jualan di kantin kampus ada orang yang tidak aku kenal langsung menghampiriku dan membisikkan sesuatu di telingaku: ekkhh tidak malu nga ba jual disini? Kong nga tidak gengsi deng nga pe taman taman yang lain di kalas atau pa nga pe  jurusan? ( ehhkk apakah kamu tidak malu disini? dan tidak gengsi dengan teman teman yang ada dikelas bahkan di jurusanmu? dengan sabar aku hanya mengusap dadaku dan hati kecilkupun berkata: biarlah, selama pekerjaan ini halal apa salahnya aku lakukan, toh hasilnya aku yang nikmati juga. justru dari cemohan itu aku percaya bahwa usaha ini suatu saat akan berkembang meski kerap kali banyak yang memanggilku juragan tissue entah saat di dalam kelas, lagi makan siang di kantin bahkan pada saat bertemu di jalan,  aku tak peduli.
Lambat laun aku pun mulai terbiasa hingga aku sudah banyak pelanggan dan mulai merekrut teman-teman untuk menjadi mitra kerjaku, memperluas usaha yang awalnya hanya keliling kampung dan satu kampus, kini perlahan merambah ke kos-kosan, perumahan, dan kampus kampus yang ada di kota Gorontalo. Tidak berhenti sampai disitu,  akupun membuka usaha lain untuk menutupi waktu santai, aku berusaha menambah penghasilan dengan cara membuka kios kios kecil di kos2tan dan menitipkan kerupuk di kios kios warga sekitaran tempat tinggalku.  Alhamdulilah hingga saat ini usaha itu tetap berjalan meski selalu banyak masalah yang terus menjadi penghalang dan aku percaya memang Gengsi Tiada Harganya jika kita ingin sukses. Buktinya, dari hasil keringatku aku bisa kredit sepedamotor sendiri untuk berjualan dan beraktifitas sehari hari terutama pergi ke kampus, timpat tinggal di biayai sendiri, dan kebutuhan dapat terpenuhi dengan maksimal, sebab omset perbulannya mencapai Rp.2.500.000+biaya hidup Bidikmisi perbulanya sekitar Rp.600.000= Rp.3.100.000/Bulan, hebatkan?. Tapi meski diri ini sibuk untuk berwira usaha namun kuliahpun tetap berjalan dengan lancar, tidak ada hambatan baik kehadiran dan juga nilai tetap bertahan di atas 3,00. Ini bukan merupakan bentuk ria, tapi kemudian  jika kita lapar hanya karna malu, susah hanya karena Gengsi, melarat di kos2tan hanya karena malas, lantas apa yang akan terjadi, kuliah mogok, diri sendiri merugi apalagi kekecewaan orangtuamu. Semoga ini menjadi inspirasi untuk kaum muda khusunya mahasiswa yang Gengsi Gede-Gedean.















            Biodata
Nama               : Yusran A. Tomutu
NIM                : 281415051
Jurusan            : Sosiologi
Fakultas           : Ilmu Sosial
No HP             : 082292189383
E-mail              : tomutuyusran@gmail.com